PERAN DAKWAH DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI JONGKONG KAPUAS HULU



 
KONSEP DAKWAH SEBAGAI PEMERSATU UMAT ISLAM DI DAERAH JONGKONG, PEDALAMAN KAPUAS HULU
Anang Bustami


 
A.   Pendahuluan
Islam merupakan agama yang sangat mayoritas dianut atau diikuti oleh masyarakat di daerah Jongkong, kabupaten Kapuas Hulu. Walaupun demikian masyarakat di Jongkong tidak fanatik dalam pergaulan dan sosial, meski dengan orang orang pendatang yang non-muslim seperti China. Seperti halnya juga dengan sesama Muslim, meskipun daerah Jongkong ini terbagi-bagi menjadi beberapa daerah yang di pisahkan oleh Sungai Kapuas dan Sungai Embau masayarakat muslim di daerah ini sangat kuat persatuannya, tidak membeda-bedakan wilayah, ekonomi, pendidikan, sosial dan lain-lain.
Selain dari pada itu, Jongkong ini juga dahulunya sebagai pusat pendidikan, dimana orang orang dari sebelah hulu dari sungai embau dan juga dari sebelah hilir rata-rata melanjutkan pendidikan di Jongkong. Pendidikan keagamaan pada saat itu sanga pesat di jongkong sehingga masyarakat di jongkong sangat kental dengan masalah keagamaan. Karena pendidikan berbasis Madrasah Ibtidaiyah, Sanawiyah, dan Aliyah sudah ada sejak tahun 70-an. Dari sinilah penulis berinisiatif untuk memaparkan hal apa-apa saja yang menjadikan masyarakat jongkong ini masih kental dengan keagamaanya meskipun telah melalui perkembangan zaman yang mana banyaknya unsur-unsur yang dapat mempengaruhi masyarakat terutama dikalangan para remaja di Jongkong karena berhadapan dengan era modern saat ini.  
Tentunya dari hal tersebut diatas perlu kiranya diketahui tentang ranah Keagamaan dan dakwah di daerah Jongkong ini, yang mana hal yang paling diutamakan disini adalah dakwah. Dalam dakwah ini ternyata tidak lepas dari kata tausiah dan ceramah, lalu momen yang sangat berperan penting dari hal tersebut adalah momen memperingati hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, maulid Nabi saw, peringatan 1 Muharram, dan lain-lain.
Sesuatu yang menarik dari masyarakat di Jongkong adalah keterbukaan mereka terhadap siapa saja yang sekiranya memiliki ilmu keagamaan dan mereka meminta agar menyampaikan ilmunya tersebut kepada masyarakat, tidak ada istilah saling menyaingi antara satu dengan yang lain dan mereka memang memerlukan hal yang demikian. Akan tetapi masyarakat di Jongkong sangat kuat memegang prinsip dasar ilmu keagamaan mereka, sehingga jika ada yang menyampaikan ilmu agam sekiranya bertentangan dengan pemahaman yang telah mereka amalkan maka mereka tidak terpengaruh. Itulah mengapa masyarakat di Jongkong tidak terpecah belah pemahamannya tentang ilmu agama.
Dari pemaparan diatas, penting kiranya penulis membahas tentang terjaganya persatuan umat islam di Jongkong, pedalaman hulu kapuas yang mana data-data yang telah penulis dapatkan dan melihat secara langsung di lapangan. Adapun yang menarik untuk diungkapkan dalam tulisan ini adalah letak Geografis daerah Jongkong, potret pendidikan agama dan dakwah di Jongkong, serta bentuk dakwah yang di terapkan di Jongkong. Ketiga poin penting inilah yang secara terkonsep didapat dari pengamatan dan pencarian data dilapangan.



B.   Pembahasan
1.   Letak Geografis Kecamatan Jongkong
a.    Letak wilayah
Kecamatan Jongkong ini terletak di tepian sungai kapuas serta di tepian anak sungai kapuas yang mana di kenal dengan Sungai Embau yang kira-kira 600km dari muara Sungai Kapuas. Daerah Jongkong ini berada di tengah-tengah dari kabupaten Kapuas Hulu.
Adapun batas dari kecamatan jongkong ini bisa di tuliskan bahwa di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Puring Kencana, di arah selatan berbatasan dengan kecamatan Pengkadan, lalu di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Selimbau, dan yang terakhir di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Bunut Hilir.
b.   Luas wilayah
Kecamatan Jongkong ini ternyata memiliki luas wilayah yang lumayan luas, yaitu 14% dari luas kabupaten Kapuas Hulu secara keseluruhan, yakni sekitar 422,50 km. Kecamatan jongkong ini terdapat 14 desa, yaitu desa Jongkong Kiri Hilir, Jongkong Kiri Hulu, Ujung Jambu, Nanga Temenang, Tongkong Kanan, Jongkong Pasar, Ujung Said, Bontai, Penepian Raya, Jongkong Kiri Tengah, Jongkong Tanjung, Kandung Suli, Karya Baru, dan Nanga Sarian.
Dari desa-desa yang disebutkan diatas, desa yang mempunyai wilayah yang cukup luas di kecamatan Jongkong ini adalah desa Jongkong Kiri Hilir, Jongkong Kiri Hulu, dan Ujung Jambu. Adapun luasnyasecara berurutan yaitu 60,38 km, 39,00 km, 42,00 km atau pun dalam bentuk persentase, luas wilayahnya 23,69%, 16,47%, 16,74% dari luasnya kecamatan Jongkong.
Rasanya kurang lengkap jika hanya menyebutkan desa yang terluas saja, maka dari itu penulis juga menyebutkan desa yang paling kecil wilayahnya. Adapun desa yang paling kecil wilayahnya di kecamatan Jongkong ialah desa Ujung Said, yang memiliki wilayah hanya 14,30 km, atau dalam persentase 8,78%  dari luas keseluruhan kecamatan Jongkong.
2.   Potret pendidikan Agama dan Dakwah di kecamatan Jongkong
Didalam sejarahnya, kecamatan Jongkong lebih khususnya lagi di desa Jongkong Kanan merupakan daerah pusatnya pendidikan agama, dan bahkan sempat di sebut sebagai serambi mekahnya Kapuas Hulu. Banyak sekali para pelajar mulai dari tingkat dasar, menengah, dan atas yang belajar di Jongkong Kanan tersebut, karena hanya di desa Jongkong kananlah yang terdapat pendidikan berbasis agama seperti MIS Jongkong, MTsN Jongkong, dan MAN Jongkong. Adapun para pelajar tersebut datang dari berbagai desa yang ada di krcamatan Jongkong seperti desa Jongkong Kiri Hilir, Jongkong Kiri Hulu, Ujung Jambu, Nanga Temenang, ongkong Kanan ini sudah pasti, Jongkong Pasar, Ujung Said, Bontai, Penepian Raya, Jongkong Kiri Tengah, Jongkong Tanjung, Kandung Suli, Karya Baru, dan Nanga Sarian.
Bahkan dahulu sebelum ada di bangun sekolah daerah di daerah Bunut dan Piasak, para warga disana juga menyekolahkan anak mereka di Jongkong. Termasuk juga daerah Riam Panjang, warga disana juga menyekolahkan anak mereka di Jongkong.
Akan tetapi untuk sekarang seiring dengan perkembangan zaman, sekolah-sekolah seperti sekolah negri yang berbasis umum mulai berdiri di daerah-daerah kecamatan lain yang jarak tempuhnya sudah dekat  dengan desa desa yang di luar kecamaran Jongkong, maka seketika itu jongkong menjadi sepi. Hanya anak-anak daerah dalam saja yang masih tetap bertahan dan masih kuat minatnya untuk terus belajar di sekolah yang berbasis Agama.
Dari hasil wawancara saya dengan toloh pemuka agama sekaligus orang yang disegani di kecamatan Jongkong, di desa Jongkong kanan yakni H. Sutardi, S.Ag(46) beliau memaparkan tentang pengenalan nilai keagamaan ataupun belajar agama, yakni bahwasanya pengenalan kepada perihal agama di kalangan masyarakat di daerah Jongkong itu memang sudah di kenalkan sejak masih anak-anak yakni anak-anak usia TK (TamanKanak-kanak). Adapun pendekan pertamanyayaitu dengan belajar membaca Al-Qur’an, dengan menggunakan metode Iqro’. Ketika mereka sudah asyik belajar sudah terbawa arus dalam hal keagamaanbarulah mereka di ajari pelajaran agama yang paling dasar sesuai dengan kebutuhan anak pada saat itu, ini merupakan pendekatan awal. Kemudian ketika mereka meranjak remajamereka dirangkul kepada remaja masjid, melalui organisasi yang sederhana dalam program kegiatan di masjid. Seperti pembuatan jadwal azan, kemudian pada hari jum’at mereka merapikan masjid, menyusun sajadah, menyusun surah yasin, ketika pulang jumatan mereka kembali merapikan buku-buku surah yasin dan menggulung sajadah dan merapikannya kembali. Secara tidak terasa mereka itu sebetulnya didekatkan dengan masjid sehingga menimbulkan kecintaanmereka kepada masjid. Sehingga nilai-nilai keagamaan mulai menyertai mereka, jadi mereka mengikuti alur yang secara tidak terasa mereka sudah di dalam lingkungan dakwah. Nah hal seperti inilah yang kiranya sangat terlewatkan di desa-desa lain selain desa jongkong kana , mungkin terlihat sederhana tetapi sangat mempengaruhi di sekelilingnya.
Lalu antara program keagamaan yang dilaksanakan oleh remaja masjid tersebut, itu bekerjasama atau sejalan dengan program-program sekolah yang secara kebetulan para guru-guru agama di sekolah itu merupakan pembimbing mereka di masjid. Seperti membimbing TPA, mengajar mengaji, mengajar perihal ibadah di Masjid yaitu H. Mahyus kepala sekolah SMP, dan ini sangat kebetulah sehingga ketika di sekolah mereka nyambung lagi dalam pelajaran agama. Jadi walaupun SD, SMP, SMA mereka selalu dilibatkan dalam hal hal kegiatan peribadatan atau acara peringatan hari besar islam yang diadakan di Masjid, tidak hanya para pelajar dari MI, MTs, dan MA saja.
Apapun kegiatan agama maka sekolah juga diundang, otomatis anak-anak sekolah ikut terlibat dalam kegiatan keagamaan di Masjid. Karena memang sudah kesepakatan bersama di Desa Jongkong jika ada kegiatan agama maka anak-anak sekolah diundang dan sekolah diliburkan. Sehingga hal tersebut dapat memberikan motivasi bagi para murid dan sekaligus memberikan pengetahuan lebih bagi mereka yang sekiranya tidak didapat ketika belajar di sekolah. Hal inilah yang mengantarkan mereka senang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan agama sehingga mereka sudah dikenalkan sejak masih anak-anak, kemudian remaja sampai dia menjadi dewasa.
Dalam hal lain juga para guru yang mengajar di sekolah-sekolah di Jongkong ketika mereka diundang keluar untuk menyampaikan tausiah ataupun ceramah maka mereka membawa murid murid mereka yang sekiranya bisa diajak untuk ikut pergi bersama serta mereka memiliki bakat dalam bidang itu. Tidak perlu banyak, biasanya mereka membawa antara 5 sampai10 orang. Untuk apa hal tersebut dilakukan ? tentunya untuk memberikan tambahan wawasan kepada mereka yang ikut hadir tersebut. Bahkn sesekali para murid yang dibawa tadi diberi kesempatan untuk maju berbicara kedepan menyampaikan sedikit ilmu yang mereka punya menfenai perihal agama, lalu setelah itu barulah guru yang membawanya tadi meluruskan apa yang mereka sampaikan. Jadi secara tidak langsung pendidikan mental berbicara kepada orang banyak itu pelan-pelan terbina ataupun terlatih. Hal ini merupakan salah satu bentuk dakwah dalam hal bagaimana mengajak para generasi-generasi awal.
3.   Metode dakwah secara umum yang diterapkan di Jongkong
Metode ataupun yang sering sekali disebut dengan cara dalam berdakwah itu sangatlah penting, karena dalam berdakwah juga harus memperhatikan situasi dan kondisi yang akan dijadikan sasaran ataupun objek dalam berdakwah. Penanaman nilai-nilai dasar keislaman sejak dini merupakan permulaan yang sangat mendasar yang sudah sangat dilestarikan oleh masyarakat pada umumnya di Jongkong. Sehingga daya tarik mereka terhadap perihal keagamaan itu bagus. Selain daripada itu, para tokoh agama di Jongkong itu sangat kuat memegang pemahaman keagamaan mereka, tidak terpengaruh oleh perkembangan zaman apalagi sampai membeda-bedakan pemahaman sedangkan sama-sama penganut agama Islam. Hal seperti inilah yang membuat mereka mempunyai sifat yang sangat baik yakni sifat lapang dada, atrinya mereka menerima siapapun yang datang untuk bersilaturahmi dengan masyarakat disana kemudian menyampaikan dakwah maka mereka sangat senang bahkan mereka menyediakan fasilitas untuk tamu yang datang tersebut.  Karena mereka menganggap masyarakat juga memerlukan tambahan wawasan tentang agama.
Akan tetapi jika yang disampaikan oleh orang yang berdakwah disana itu berbeda dengan pemahaman mereka, maka para tokoh agama disana tidak membantah secara langsung, akan tetapi memberikan penjelasan tentang pemahaman yang selama itu mereaka pertahankan dari zaman kezaman, sehingga dalam hal tersebut juga mengandung dakwah secara tersendiri bagi para tokoh agama di Jongkong. Hal yang demikian itulah yang membuat umat islam di Jongkong tetap satu pemahaman sehinffa tidak ada yang membeda bedakan pemahaman dan membuat kelompok-kelompok dan lain sebagainya.
Adapun dakwah dalam bentuk besar yang sudah mentradisi atau pun yang sudah mewarnai perkembangan ilmu keislaman masyarakat di Jongkong ialah melalui pengajian-pengajian kampung, dan memang metode ini sudah sangat lama dilestarikan oleh masyarakat di sana. Secara tidak sadar bahwa hal yang tampak sederhana tersebut telah membawa masyarakat Jongkong menjaga kerukunan dan kesolidaritasan mereka dalam hal keagamaan. Bisa dikatakan hal yang demikian tersebut bermula sejak zaman H. Ahmad HAB tokoh keagamaan di zamannya, beliau adalah ayah dari H. Sutardi, S.Ag yang bertempat tinggal di desa Jongkong Kanan. Sekarang H. Sutardi, S.Ag telah menjadi tokoh agama dan tokoh masyarakat yang disegani di wilayah Jongkong.
Selain dari pengajian-pengajian kampung ada juga majlis-majlis ta’lim yang dilakukan oleh para ibu-ibu di sana dan terjadwal setiap satu minggu satu kali dan lokasinya selalu berpindah-pindah, tidah hanya diadakan disatu desa melainkan di sesa-desa sebelah dan desa seberang, ini karena dataran di daerah Jongkong dipisahkan oleh sungai.  Jongkong mempunyai masjid yang besar dan terkenal di setiap desanya. Sebagai tempat pelaksanaan pengajian-pengajian kampung, majlis ta’lim serta peringatan hari besar Islam serta kegiatan keagamaan lainnya.
Terdapat lima masjid besar yang ada di kecamatan Jongkong, diantaranya masjid Al-Huda yang terletak di Jongkong kanan, masjid Al-Amin terletak di Jongkong Pasar, masjid Silaturahim di Jongkong Tanjung, masjid Al-Jihad di Jongkong kiri hulu, dan masjid Jami’ Al- Faizin terletak di Jongkong kiri tengah. Masjid Jami’ Al-Faizin ini merupakan masjid yang tertua di kecamatan jongkong. Meskipun demikian ada juga beberapa desa yang mempunyai masjid kecil yang biasa disebut dengan surau. Seperti surau Al-Irsyad di Jongkong kiri Hulu, saurau Al-Falah di Jongkong kiri Hilir.
Setiap masjid tersebut juga memiliki organisai yang khusus untuk merangkul para remaja yang ada di sekitar masjid. Organisasi itu dikenal denga sebutan remaja masjid. Masing-masingdari rmaja masjid tersebut langsung bekerja sama dengan pihak pengurus masjid dan mendapat bimbingan langsung oleh para pengurus masjid itu juga. Oleh karena itu setiap ada kegiatan keagamaan di masjid-masjid besar tersebut para remaja masjidlah yang menjadi panitia serta dibantu juga oleh pengurus masjid. Jadi tidak diragukan lagi jika Jongkong itu memiliki potensi beragama dengan baik, mengapa tidak karena para remajanya sudah diarahkan kepada hal-hal yang baik dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, meskipun tidak semua remaja yang ada di sana itu tergabung dalam remaja masjid.
Ketika mengadakan peringatan hari besar islam, hal yang menarik di sana itu adalah mereka selalu bermusyawarah antar pengurus masjid dengan pengurus PHBI kecamatan, beserta para remaja masjidnya masing-masing untuk menetapkan dimana kegiatan itu akan dilaksanakan. Jadi dalam pelaksanaan acara nanti masyarakat bisa dipusatkan atau diarah kan di satu titik dalam kumpulan besar. Sehingga tidak ada lagi yang namanya dalam satu acara ada dua atau tiga masjid yang mengadakan juga. Kegiatan semacam ini akan dilaksanakan secara bergantian di setiap tahunnya dan secara bergiliran acara-acara tersebut dilaksanakan dilima masjid besar di sana.
Adapun kebiasaan masyarakat di Jongkong ketika memperingati hari besar islam itu selalu mengundang penceramah yang tidak tanggung-tanggung lagi levelnya, mereka sudah beberapa kali mendatangkan para penceramah dari Ibu Kota Jakarta dan paling tidak mereka mengundang penceramah dari Provinsi ataupun dari kabupaten. Seperti Ustad Abdul Hamid Santoso dari Jakarta, ustad Buya Cep Jamhur dari Jakarta, ibu Sangada dari Pontianak, bapak Imam Supangat dari Pontianak dan lain-lain. Memang tujuan utama dari difokuskannya acara inti pada peringatan hari-hari besar islam itu ceramah atau tausiah keagamaan memang agar masyarakat disegarkan lagi pemahamannya tentang agama untuk memotivasi masyarakat dan memberikan santapan rohani untuk masyarakat tentang penguatan aqidah dan ketauhidan agar selalu menjunjung tinggi dalam hal beribadah dan bermuamalah.
Sebenarnya hal seperti ini juga sama seperti yang di lakukan oleh pengurus-pengurus masjid yang lain selain di Jongkong, namun yang berbeda dari Jongkong ini adalah pemusatan kegiatan tersebut. Karena didalam pelaksanaannya selalu melibatkan seluruh masyarakat yang ada di Jongkong dan mereka semuanya satu tujuan. Jadi kegiatan sepertiini nampak lebih wibawa dan marwah persatuan umat islam pun terjaga. Dibanding dengan membentuk kelompok san kelompok sini maka itu bukan malah mempersatukan pemahaman dan akan lebih menimbulkan perdebatan dan perselisihan.
Coba saja kalau dalam desa atau beberapa desa itu serempak mengadakan acara yang sama maka masyarakat akan pecah dan mereka memiliki banyak tujuan otomatis masjid akan sepi. Nah ini yang seharusnya diterapkan di desa-desa kecamatan lain agar persatuan ukhwah keislaman lebih nampak dan erat sekali tali persaudaraan sebagai seorang muslim.   
Dari sinilah sebenarnya mengapa masyarakat di Jongkong itu sangat kuat persatuan keislamannya. Mereka dikenalkan dengan perihal agama secara sangat sederhana sekali akan tetapi hal itu terus menerus dilakukan dan akan terus mereka lestarikan agar keislaman mereka itu tetap bertahan bahkan bisa berkembang sedikit demi sedikit. Pemikiran mereka juga mulai terbuka, bahwasanya agama islam itu memang agama yang sangat indah, agama yang menciptakan perdamaian baik dalam hal sosialisai, budaya, ekonomi, propesi, dan dalam membangun  masyarakat yang rukun dan damai sejahtera.
C.   Kesimpulan
Dari semua ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa  kecamatan Jongkong yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kecamatan yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Dimana pusat  pendidikan agama islam di kecamatan Jongkong itu terletak di Desa Jongkong Kanan. Sikap keterbukaan dan lapang dada yang dimiliki oleh masyarakat di Jongkong merupakan faktor yang sangat mendukung dalam perkembangan ilmu agama di sana. Disamping itu masyarakat di Jongkong memperkenalkan ilmu agama kepada anak-anak mereka sejak usia Tk dan diusia itu pula mereka langsung dibekali pengetahuan dasar tentang agama. Sehingga walaupun banyak yang menyampaikan ilmu agama di Jongkong namun ada yang berbeda dengan pemahaman keislaman dasar mereka maka merekatidak terpengaruh dan mereka akan tetap mengambil ilmu yang mereka dapat sekiranya yang disampaikan itu sejalan dengan pemahaman keislaman dasar mereka.
Pendekatan dakwah yang sederhana namun terus menerus mereka terapkan disana ialah dengan membentuk remaja-remaja masjid, majlis-majlis ta’lim, pengajian-pengajian kampung serta peringatan hari-hari besar Islam adalah sebuah pendekatan yang mengarahkan masyarakat itu untuk terpauk ke masjid. Apabila sudah berada di masjid maka urusan tentang persoalan keagamaan akan sangat mudah sekali untuk di bicarakan dan di jelaskan sehingga pemahaman tentang agama itu dapat asah kembali sehingga aqidah, tauhid serta akhlaq masyarakat akan tetap kokoh.
Daerah kecamatan Jongkong itu cukup luas namun masyarakat yang tinggal di sana sangat lah rukun dan damai, lagi pula semua memiliki pemahaman yang sama tidak ada istilah aliran satu dengan aliran yang lain. Jadi konsep dakwah yang sederhana itulah yang membuat mereka bisa bersatu pemahamannya terhadap agama Islam ini.
D.  Daftar Pustaka
Yusriadi dan Hermansyah “Orang Embau” (Pontianak, Stain Press, 2002)
Data statistik wilayah dan kependudukan kecamatan Jongkong tahun 2014
Wawancara kepada narasumber bapak H. Sutardi S.Ag(46) (pada hari sabtu, 22 Juli 2017, jam 18.10 sampai 18.50 di kediamannya di desa Jongkong Kanan)
Wawancara kepada narasumber bapak Lahmudin(42) (pada hari sabtu, 22 Juli 2017, jam 17.10 sampai 17.25 di Masjid Al-Huda Jongkong Kanan)
Wawancara kepada narasumber ibu Rahimah(49) dan ibu Sarini (pada hari sabtu, 22 Juli 2017, jam 16.40 sampai 17.00 di Masjid Al-Huda Jongkong Kanan)
Wawancara kepada narasumber ibu Misleha dan ibu Suriyani (pada hari Jumat, 21 Juli 2017, jam 17.10 sampai 17.35 di kediaman ibu Misleha Jongkong Tanjung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOGIKA BERFIKIR (MANTIQ) TA'RIF ATAU DEFINISI

ULUMUL QURAN "ILMU FAWATIHUS SUWAR" (PEMBUKA SURAH-SURAH)

ADAB DAN SYARAT MUFASSIR