NASIONALISME MASYARAKAT PERBATASAN
NASIONALISME MASYARAKAT PERBATASAN
(Masyarakat Desa Temajuk, kecamatan Paloh,
kabupaten Sambas)
Oleh : Anang Bustami
A.
Pendahuluan
Tulisan ini membahas tentang nasionalisme, khususnya masyarakat
Indonesia yang tinggal di wilayah perbatasan yaitu Desa Temajuk Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas. Hal ini sangat penting dibahas sebab masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan
banyak bergantung oleh Negara tetangga yang secara langsung berpengaruh kepada
tinggat nasionalisme mereka.
Indonesia
merupakan negara yang memiliki berbagai ragam etnik yang merangkum berbagai
ragam budaya, suku, agama, dan adat istiadat. Indonesia adalah tergolong negara yang cukup besar, baik
dipandang dari sudut wilayah yang
terdiri atas 5 pulau besar seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya beserta pulau kecil sebanyak
17.508.[1]
Sikap kecintaan kepada tanah air sering
sekali disebut dengan nasionalisme. Setiap warga negara yang cinta tanah air
tentunya memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi. Namun itu semua jika kita
lihat dari masyarakat perkotaan yang tidak berinteraksi dengan negara luar ,
atau tidak menjalin kehidupan bersosial dengan warga negara lain. Akan tetapi
hal ini berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perbatasan antar Negara
Nasionalisme
berasal dari kata nation yang artinya adalah bangsa. Kata bangsa
memiliki arti : (1) kesatuan orang yang bersamaan asala keturunan, adat,
bangsa, dan sejarahnya serta pemerintahnya sendiri; (2) golongan manusia,
binatang, atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai asalusul yang sama dan sifat khas
yang sama atau bersamaan; (3) kumpulan manusia yang biasanya terikat karena
kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan biasanya menempati wilayah
tertentu di muka bumi. Beberapa makna kata bangsa diatas menunjukkan arti bahwa
bangsa adalah kesatuan yang timbul dari kesamaan keturunan, budaya, pemerintah,
dan tempat. Pengertian ini berkaitan dengan arti kata suku yang dalam kamus
yang sama diartikan sebagai golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan;
golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar.[2]
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Nasionalisme mempunyai pengertian : Pertama,
paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri ; sifat kenasionalan
atau makin menjiwai bangsa Indonesia. Kedua, kesadaran keanggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai, mempetahankan,
dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu ;
semangat kebangsaan.
Nasionalisme
adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetian tertinggi individu harus
diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan
tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi
setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang
berbeda-beda.[3]
Nasionalisme
juga merupakan satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,
dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Selain itu nasionalisme juga disebutkan
sebagai prinsip, rasa, dan usaha yang patriotik serta dengan segala daya siap pula untuk mempertahankannya.[4]
Masyarakat perbatasan memiliki tantangan
yang tinggi dalam mempertahankan sikap nasionalisme mereka. Mengapa tidak
mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat negara tetangga yang mana jauh
lebih maju dan berkembang dari mereka. Masyarakat yang ada di desa Temajuk
contohnya.
Dalam bidang perekonomian dan pemenuhan kebutuhan hidup, masyarakat
Temajuk juga sering kali bergantung pada kondisi perekonomian Melano (Sarawak,
Malaysia). Banyak jenis barang kebutuhan hidup (primer, sekunder dan tersier) yang
masuk dan beredar di berasal dari produk
luar negeri khususnya Malaysia. Sehingga dari proses interaksi ekonomi
tersebut, masyarakat Temajuk menggunakan dua mata uang yaitu Ringgit (Malaysia)
dan Rupiah (Indonesia).
Barang yang dibeli termasuk barang yang disubsidi pemerintah
Malaysia yang seharusnya hanya boleh dinikmati warga Negara Malaysia dan tidak
boleh diekspor keluar Malaysia, contohnya seperti gas dan beras bersubsidi.
Oleh sebab itu, sikap nasionalisme dari masyarakat yang berada di
perbatasan memang sangat perlu untuk disoroti. Sehingga sangat penting bagi
kita untuk mengetahui bagaimana bentuk nasionalisme masyarakat perbatasan,
yakni tepatnya masyarakat desa Temajuk, kecamatan Paloh, kabupaten Sambas.
B. Gambaran umum desa Temajuk, kecamatan
Paloh, kabupaten Sambas
Desa Temajuk
adalah desa yang terletak di kecamatan Paloh kabupatan Sambas, Kalimantan
Barat, Indonesia. Orang-orang sering meyebutnya dengan daerah ekor Borneo atau
ujung pulau kalimantan, karena letaknya yang tepat di ujung dan dibagian ekor
pulau ini. desa Temajuk ini juga merupakan desa yang bertetangga dengan Negara
Malaysia yang mana sering disebut dengan tetangga negri Jiran.
Temajuk memiliki wilayah yang cukup
luas yakni kurang lebih 2.300 ha dan jumlah penduduk sebanyak 2.290 jiwa yang
dirincikan berdasarkan jenis kelamin yakni laki-laki sebanyak 1.183 jiwa dan
perempuan 1.106 jiwa. Desa Temajuk terdiri dari tiga dusun yaitu dusun Maludin,
dusun Camar Bulan, dan dusun Sempadan. Dari tiga dusun tersebut terdapat enam
rukun warga (rw) dan enam belas rukun tetangga (rt). Desa Temajuk ini memiliki
batas-batas wilayah dimana disebelah utara berbatasan langsung dengan desa
Sebubus, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Natuna Selatan, sebelah barat
juga berbatasan dengan Laut Natuna Selatan, serta sebelah timur berbatasan
dengan Malaysia.[5]
Untuk angka
pekerjaan, rata-rata penduduk yang ada di desa temajuk berprofesi sebagai
petani dan nelayan, namun juga terdapat berprofesi sebagai pedagang, peternak,
PNS, TNI, dan ada juga yang pensiunana PNS. Dari beragam macam mata pencaharian
masyarakat disana, ada beberapa orang yang menyisihkan jam kerjanya untuk mengajarkan
ilmu membaca Al-Quran kepada anak-anak di desa Temajuk. Mereka itulah yang
disebut sebagai guru ngaji dalam tradisi melayu Sambas.
Melihat keterangan batas demografis desa Temajuk, yang mana di sebelah timur berbatasan langsung dengan
negara Malaysia, maka selaku daerah
yang berbatasan langsung dengan negara luar, biasanya sangat rawan akan konflik
antarnegara dimana jika diantara keduanya tidak menjalin hubungan yang baik.
Bagaimana tidak mereka berinteraksi secara social kebudayaan, ekonomi hingga
persoalan politik. Sehingga, interaksi masyarakat perbatasan yang intens ini
berpotensi melahirkan kecenderungan yang berbeda dengan masyarakat non
perbatasan.
C.
Persepsi Masyarakat Di Desa Temajuk Tentang Nasionalisme
Nasionalisme kerap kali menjadi isu
terhadap masyarakat perbatasan. Hal ini dikaitan dengan masyarakat yang tinggal
di perbatasan memiliki karakter yang
berbeda dibandingkan dengan masyarakat yang tidak berasal atau tinggal
di wilayah perbatasan. Masyarakat perbatasan lebih tinggi tingkat berinteraksi
dan bersentuhan langsung dengan masyarakat yang berbeda latar belakang dan
kewarganegaraan. Hal demikian terjadi di lokasi penelitian ini tepatnya di
Kabupaten Sambas, kecamatan Paloh, desa Temajuk.
Nasionalisme
Indonesia suatu gerakan yang muncul sejak abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Gerakan ini bertujuan mewujudkan manusia Indonesia menjadi sebuah bangsa yang
merdeka dan berdaulat. Gerakan ini juga terjadi di seluruh negara-negara
terjajah di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa Asia dan Afrika seperti India,
Mesir, dan Persia serta Indonesia, sudah pernah mengalami masa kejaan sebelum
masuk dan berkembangnya imperialisme (sistem politik yang bertujuan menjajah
negara lain untuk mendapat kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar) dan kolonialisme
(penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk
memperluas negara itu) Barat.[6]
Persepsi berasal dari bahasa inggris perception yang
artinya: peresepsi, penglihatan, tanggapan: yaitu proses seseorang menjadi
sadar akan segala seuatu dalam lingkungan melalui indera-indera yang
dimilikinya atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi
(pendapat) data indera.[7]
Dalam
persepsi masyarakat desa Temajuk disini penulis melihat bahwa pandangan mereka
terbagi atas dua ada yang mengatakan bahwa nasionalisme hanyalah sebatas
terlibat dalam perayaan hari-hari besar namun ada pula yang mengatakan
nasionalisme di perbatasan itu lebih tinggi dari pada masyarakat yang tinggal
jauh dari perbatasan tidak hanya dengan perayaan hari besar Indonesia tetapi
bagaimana kita mencintai Indonesia dan seluruh yang ada di Indonesia itu
sendiri.
Contoh
realisasi dari nasionalisme hanya sebatas mengikuti atau terlibat dalam
hari-hari besar seperti mengikuti upacara bendera pada tanggal 17 Agustus,
mengikuti upacara setiap hari senin di sekolah-sekolah bagi para siswa dan guru,
peringatan hari sumpah pemuda, dan lain sebagainya.
Sedangkan
yang menganggap nasionalisme sebagai bentuk kecintaan terhadap tanah air yakni
mencintai segala yang ada di tanah air Indonesia yang tidak hanya sebatas
mengikuti hari-hari besar dalam peringatan hari besar nasional. Ini semua
terbukti masyarakat di desa Temajuk sangat menjunjung tinggi budaya dan adat
istiadat setempat, yang mana memang masih asli kebudayaan masyarakat melayu
sambas, dan menggunakan bahasa asli melayu sambas. Seperti mereka masih
menggunakan tradsi makan saprahan ketika pelaksanaan resepsi pernikahan, masih
menggunakan adat bepapas kampong pada perayaan hari tanggal satu
Muharram, melaksanakan acara dan masyarakat Temajuk sangat mencintai warisan
budaya yang berasal asli dari kerajaan sambas yang telah dikenal secara turun
temurun dari generasi sebelumnya ke generasi setelahnya.
Selanjutnya, Salah satu aspek nasionalisme adalah kebanggaan akan
jati diri bangsa. Bagian ini akan menguraikan sejauh mana masyarakat yang hidup
di perbatasan memiliki rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.
Kurangnya
pemenuhan kesejahteraan dapat berimplikasi pada menurunnya kebanggaan nasional
dan memberikan kemungkinan yang lebih besar terhadap menurunnya ketahanan dalam
menjaga keberlangsungan negara bangsa.
Berbagai
wawancara dengan informan di Temajuk menunjukkan bahwa orang Temajuk secara
umum memiliki rasa kebanggaan sebagai orang dan warga negara Indonesia. Namun,
secara kritis mereka melihat bahwa dari aspek sosial ekonomi dan penegakan
hukum, kondisi kehidupan di Malaysia relatif lebih baik daripada di Indonesia.
Temuan
penelitian menunjukkan adanya kesenjangan antara pandangan sosial ekonomi dan
keterikatan dalam entitas politik. Di samping itu, ditelusuri juga bagaimana
ikatan kekerabatan antara orang Temajuk dan penduduk di Malaysia dengan tidak
mengurangi perasaan keterikatan orang Temajuk secara politik ke negara
Indonesia.
Terkait dengan kebanggaan nasional, temuan lapangan menunjukkan
adanya dualisme pada kebanyakan masyarakat perbatasan. Pada satu sisi mereka
bangga sebagai WNI, namun pada sisi lain sering kali mengakui bahwa kondisi
Malaysia lebih baik dari Indonesia. Kebanyakan orang Temajuk yang pernah
bekerja di Malaysia merasa bangga sebagai warga Negara Indonesia karena
Indonesia adalah negara besar yang tetap bersatu. Namun, diakui bahwa terkait
dengan penegakan hukum oleh aparat pemerintah, keadaan di Malaysia lebih baik
daripada di Indonesia.
Ada beberapa kasus yang memperlihatkan bahwa rasa kebangsaan sering
kali tidak berhubungan dengan kondisi kesejahteraan. Kebanyakan informan yang
pernah mengunjungi Malaysia menuturkan bahwa mereka lebih merasa bangga sebagai
warga Negara Indonesia walaupun kehidupan di Malaysia lebih maju.
Mereka
memberikan metafora tentang nasionalisme, yakni “daripada hujan emas di negeri
orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri”. Walaupun lebih dekat dengan
Malaysia yang lebih maju, para informan lebih mencintai Indonesia dan merasa
bagian dari NKRI. Hal ini karena rasa solidaritas dan kekeluargaan di Indonesia
relatif lebih tinggi daripada di Malaysia.
Realitas yang membedakan antara Indonesia dan Malaysia adalah
rendahnya kesadaran masyarakat untuk menaati aturan, seperti membuang sampah
dan menjaga kebersihan. Selain itu, pelayanana pemerintah di Malaysia terhadap
para guru baik itu guru di sekolah maupun guru ngaji sangatlah efektif dan para
guru tersebut sangat di perhatikan keberlangsungan hidupnya.
D.
Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas, dapatlah penulis simpulkan bahwa
Presepsi Nasionalisme Masyarakat Perbatasan yang lebih khususnya lagi
masyarakat desa Temajuk kecamatan Paloh kabupaten Sambas, pertama terkait
dengan kebanggaan nasional, temuan lapangan menunjukkan adanya dualisme pada
kebanyakan masyarakat perbatasan. Pada satu sisi mereka bangga sebagai WNI,
namun pada sisi lain sering kali mengakui bahwa kondisi Malaysia lebih baik
dari Indonesia. kedua, Dalam persepsi masyarakat desa Temajuk disini
penulis melihat bahwa pandangan mereka terbagi atas dua ada yang mengatakan
bahwa nasionalisme hanyalah sebatas terlibat dalam perayaan hari-hari besar
namun ada pula yang mengatakan nasionalisme di perbatasan itu lebih tinggi dari
pada masyarakat yang tinggal jauh dari perbatasan tidak hanya dengan perayaan
hari besar Indonesia tetapi bagaimana kita mencintai Indonesia dan seluruh yang
ada di Indonesia itu sendiri. ketiga, bahwa mereka lebih merasa bangga
sebagai warga Negara Indonesia walaupun kehidupan di Malaysia lebih maju, mereka
memberikan metafora tentang nasionalisme, yakni “daripada hujan emas di negeri
orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri”.
Dari tulisan ini, telah tampaklah pentingnya rasa nasionalisme bagi
setiap warga Negara Indonesia, baik warga negara yang ada di perkotaan,
pedesaan, pesisir, kepulauan, bahkan
perbaasan sekalipun untuk cinta dan bangga dengan tanah air Indonesia. Dan
masyarakat di desa Temajuk telah membuktikan bahwa mereka mempunyai rasa
Nasionalisme yang tinggi terhadap Negara kesatuan Republik Indonesi walaupun
mereka lebih dekat dengan Negara tetangga yakni Malaysia.
[1]
Muhammad Saleh Tajuddin dkk, Berbagai Kasus Konflik di Indonesia:
Dari Isu Non Pribumi, Isu Agama, Hingga Isu Kesukuan (Jurnal), Volume 10, Nomor
1, Tahun 2016, h 63-64
[2]
Mustari Mustafa, Nation State dan Kejatuhan Nasionalisme (Makassar:
Alauddin University Press, 2013), h. 91-92.
[3] Han
Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, (Jakarta: PT. Pembangunan dan Erlangga,
1984), h. 11.
[4] Djoko
Santoso, Menggagas Indonesia Masa Depan (Jakarta: Tebet Center 66 dan Komodo
Books), h. 117-118.
[5] Data MONOGRAFI Desa Temajuk 2018
[6]
Djoko Santoso, Menggagas Indonesia Masa Depan (Jakarta: Tebet
Center 66 dan Komodo Books, 2014), h. 113
[7]
Sarbaini dkk, Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Politik di Desa
Tetengga Kecamatan Mandastana Kabupaten BaritoKualaI, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, Volume 5, Nomor 9, Mei 2015
Komentar
Posting Komentar