POTRET GURU NGAJI PERBATASAN
POTRET GURU NGAJI PERBATASAN
DI DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH, SAMBAS
Oleh: Anang Bustami
anangbustami@gmail.com
ABSTRAK
Ngaji Al-Quran atau belajar membaca Al-Quran kepada seorang guru merupakan
tradisi pada orang Melayu, oleh sebab itu ngaji .adalah sebuah keterampilan
yang harus dimiliki oleh setiap umat islam. Untuk itu menjadi suatu keharusan
bagi setiap orang muslim dimanapun ia berada untuk bisa membaca Al-Quran,
begitu pula dengan masysrakat muslim yang terdapat di desa Temajuk kecamatan Paloh
kabupaten Sambas, daerah yang sangat terkenal dengan sebutan ekor Borneo ini
mayoritas penduduknya beragama islam. Agar generasi masyarakat muslim di desa
temajuk bisa membaca Al-Quran maka sangat perlu adanya guru ngaji. Oleh sebab itu tulisan ini akan membahas
mengenai Potret Guru Ngaji (Membaca Al-Quran). Perbatasan Di Desa Temajuk
Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Tulisan ini juga memaparkan beberapa hal
yang dinilai penting dalam tradisi ngaji di perbatasan ekor Borneo ini, seperti
profil guru ngaji, metode yang digunakannya untuk mengajar, problematika dalam ngaji,
serta kesan dan harapan guru ngaji terhadap murid, orang tua murid dan
masyarakat pada umumnya mengenai pentingnya ngaji untuk generasi penerus masa
depan agar bisa mengaji bahkan memahami Al-Quran.
Keywords: Guru, Ngaji, Metode, Perbatasan.
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memang tidak
lepas dari yang namanya belajar dan mengajar. Namun dari aktivitas itu, sudah
menjadi sebuah hal yang lumrah bagi seorang pengajar menginginkan murid yang
diajarnya itu bisa mengerti dan lebih pandai darinya. Sama juga seperti yang
tampak mengenai fenomena dari seorang guru ngaji, yang menginginkan muridnya
bisa membaca Al-Quran jauh lebih baik dari dirinya.
Al-Quran adalah
firman Allah yang mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam
bahasa arab, yang tertulis dalam mushaf, yang membacanyaa terhitung sebagai
ibadah, yang diriwayatkan secara mutawatir, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah,
dan diakhiri dengan surah An-Naas.[1]
Oleh karena itu, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk bisa membaca
Al-Quran, karena Al-Quran tersebut merupakan kitab suci agamanya. Dalam proses
belajar mengajar, tentunya membaca Al-Quran juga harus memiliki seorang guru. Seseorang
tidak akan bisa memiliki keterampilan apapun jika tidak memiliki seorang guru.
Dalam hal ini peranan guru dalam mengajarkan membaca Al-Quran sangatlah penting
dan menjadi kebutuhan di masayarakat muslim pada umumnya.
Sebagaimana yang telah
dinyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Amirul
Mukminin Utsman bin Affan r.a., bahwa rasulullah saw bersabda :
Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ Ù…َÙ†ْ تَعَÙ„َّÙ…َ الْÙ‚ُرْانَ
ÙˆَعَÙ„َّÙ…َÙ‡ُ
“sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”[2]
Sa’ad Riyad
dalam Sugiyanto (2009) mengatakan bahwa berpijak pada hadits ini, tentu
mengajarkan al Qur’an dapat memberikan sifat-sifat yang terpuji pada manusia,
apalagi jika pengajaran dan pendidikan ini dikhususkan kepada keluarga. Pada
saat yang sama, jika pengajaran al Qur’an ini terlaksana dengan baik, maka
anak-anak pun akan dapat mencintai al Qur’an. Dengan demikian, pengajaran yang
sesuai dengan dasar-dasar yang benar akan membuat anak-anak mencintai al Qur’an
sekaligus memperkuat ingatan dan pemahaman mereka.[3]
Dalam penerapan dan prakteknya di
masyarakat banyak juga yang menyebut orang yang mengajarkan membaca Al-Quran
itu sebagai guru ngaji terlebih pada
masyarakat melayu Sambas. Seperti yang kita ketahui bersama ngajar ngaji
ini adalah salah satu bentuk pembelajaran yang bersifat lokal serta tidak
terikat dengan jam kerja dinas dan instansi manapun.
Seorang guru ngaji memiliki tanggung jawab yang
besar dalam mengajar murid-muridnya membaca Al-Quran dengan baik dan benar,
sebagai mana yang telah disebutkan dalam surah Al-Muzammilayat 4, Allah swt
berfirman :
اَÙˆَزِدْ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَرَتِّÙ„ِ الْÙ‚ُرْØ¡ِانَ تَرْتِÙŠْÙ„ًا
“atau
lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan”(QS.
Al-Muzammil [73] : 04)[4]
Oleh sebab itu, ini adalah salah satu penyebab mengapa jasa guru ngaji
di negara kita ini kurang diperhatiakan, terlebih didaerah pedalaan dan
perbatasan. Padahal jika dilihat dari segi jasa dan pengorbanan itu jauh lebih
besar jasa guru ngaji dari pada guru-guru yang mengajarkan membaca Al-Quran
disekolah-sekolah baik itu SD, SMP, dan SMA bahkan Pesantren, yang mana mereka
akan diterima dan diajarkan membaca Al-Quran dengan baik ketika mereka sudah
bisa membaca walau belum lancar. Ini tentunya menjadi alasan yang kuat, bahwa guru ngaji di kampunglah
yang sangat berperan penting, yang mana mereka para guru ngaji dikampung itu
yang pertama mengenalkan kita huruf-huruf Al-Quran dari Alif sampai Ya
dan pola pengejaan dan cara membacanya. Oleh sebab itu sangat disayangkan
sekali jika peran guru ngaji ini tidak diperhatiakan dan tidak di support
semangat mengajarnya.
Selain dari beberapa hal yang dipaparkan diatas, pada saat melakukan
penelitian di desa Temajuk ada satu ungkapan yang menarik dimana ada pernyataan
bahwa “banyak anak-anak yang bisa membaca Al-Quran dan sering memenangkan lomba
membaca Al-Quran itu berasal dari dusun sempadan daerah Takam”. (Sirandi (51)
senin, 10/09/18, jam 07.10) dari pernyataan tersebut, maka penulis menjadi
tertarik untuk meneliti para guru ngaji yang ada di desa Temajuk.
Oleh sebab itu, pada tulisan
ini penulis akan sedikit memaparkan tentang peranan guru ngaji yang ada di
daerah perbatasan, dalam rangka riset terjun langsung ke masyarakat yang berada
di daerah perbatasan tersebut yakni daerah yang sering disebut dengan Ekor
Borneo, di desa Temajuk, kecamatan Paloh, kabupaten Sambas dengan tema “Potret
Guru Ngaji Perbatasan Di Desa Temajuk Kecamatan Paloh, Sambas”
B. Metodologi Penelitian
Penelitian tentang Potret Guru Ngaji
Perbatasan Di Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dan juga
menggunakan metode Deskriptif.
Pendekatan
kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan pada aspek pendalaman
data demi mendapatkan kualitas dari hasil penelitian. Dengan kata lain
pendekatan kualitatif (qualative apparoach) adalah satu mekanisme kerja
penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata, atau kalimat, yang disusun
secara cermat dan sistematis mulaai dari menghimpun data hingga menafsirkan dan
melaporkan hasil penelitian. Karena itu menurit Prof. Burhan Bugin, pendekatan
kualitatif adalah proses kerja penelitian yang sasarannya terbatas, namun kedalaman
datanya tak terbatas. Semangkin dalam dan berkualitas data yang diperoeh atau
dikumpulkan maka semangkin berkualitas hasil penelitian tersebut. (Bugin,
2013:29)[5]
Untuk
pengumpulan data adalah dengan cara Observasi sekaligus wawancara, yaitu terjun
kelapangan langsung untuk melihat objek yang akan diteliti. Kemudian melakukan
metode yang kedua yakni wawancara. Untuk observasi ini kami lakukan selama enam
hari dari tanggal 09 September 2018 sampai 14 September 2018, dan ini sama juga
dengan wawancara yang dilakukan selama penelitian. Selain itu, penulis juga
menggunakan media pengumpulan data seperti kamera Handpone dan rekaman
suarapadasaat observasi dan wawancara.
C. Potret Desa Temajuk
Desa
Temajuk adalah desa yang terletak di kecamatan Paloh kabupatan Sambas,
Kalimantan Barat, Indonesia. Orang-orang sering meyebutnya dengan daerah ekor
Borneo atau ujung pulau kalimantan, karena letaknya yang pas sekali di ujung
dan dibagian ekor pulau ini. desa Temajuk ini juga merupakan desa yang
bertetangga dengan Negara Malaysia yang mana sering disebut dengan tetangga
negri Jiran.
Desa
temajuk memiliki wilayah yang cukup luas yakni kurang lebih 2.300 ha dan jumlah
penduduk sebanyak 2.290 jiwa yang dirincikan berdasarkan jenis kelamin yakni
laki-laki sebanyak 1.183 jiwa dan perempuan 1.106 jiwa. Desa Temajuk terdiri
dari tiga dusun yaitu dusun Maludin, dusun Camar Bulan, dan dusun Sempadan.
Dari tiga dusun tersebut terdapat enam rukun warga (rw) dan enam belas rukun
tetangga (rt). Desa Temajuk ini memiliki batas-batas wilayah dimana disebelah
utara berbatasan langsung dengan desa Sebubus, sebelah Selatan berbatasan
dengan Laut Natuna Selatan, sebelah barat juga berbatasan dengan Laut Natuna
Selatan, serta sebelah timut berbatasan dengan Malaysia.[6]
Untuk
angka pekerjaan, rata-rata penduduk yang ada di desa temajuk berprofesi sebagai
petani dan nelayan, namun juga terdapat berprofesi sebagai pedagang, peternak,
PNS, TNI, dan ada juga yang pensiunana PNS. Dari beragam macam mata pencaharian
masyarakat disana, ada beberapa orang yang menyisihkan jam kerjanya untuk
mengajarkan ilmu membaca Al-Quran kepada anak-anak di desa Temajuk. Mereka
itulah yang disebut sebagai guru ngaji dalam tradisi melayu sambas.
D. Profil Para Guru Ngaji (membaca Al-Quran) di Desa Temajuk
Sebelum
membahas jauh lebih lanjut, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan kata Guru
Ngaji. Guru ngaji tersusun dari dua kata, yaitu guru dan ngaji, yang mana dalam
KBBI guru memiliki makna orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar. Sedangkan ngaji memiliki makna Mendaras (membaca)
Al-Quran, belajar membacan tulisan Arab, belajar atau mempelajari. Sehingga
jika kata itu digabung menjadi guru ngaji memiliki arti orang yang berprofesi
sebagai pengajar membaca Al-Quran yang
menggunakan tulisan Arab.
Dalam
proses pencarian data mengenai guru ngaji yang ada di desa Temajuk, penulis menemukan
lima orang guru ngaji yang dapat ditemui dan diwawancarai dan ini sudah cukup
untuk menggungkapkan peranan guru ngaji yang ada di daerah perbatasan tempatnya
di desa Temajuk, kecamatan Paloh, kabupaten Sambas. Ternyata tradisi ngaji ini
juga tidak hanya ada dan diterapkan di daerah sambas perbatasan, akan tetapi
juga diterapkan didaerah pesisir, sebagaimana dikutip dari sebuah jurnal
AL-ALBAB sebagai berikut ;
“according to the informant Bastian (aged
56), in the pas the Qur’an recitation from house to house was often held.
However, this is no longer in practice because there is no one to lead them.
Previously a Qur’an teacher of Sambas, Rachmawati was invited to do the job. In
addition to learning to recite the Qur’an, the people on the Island of Penata
also had a tradition of receting the Barzanji (panegyrics of prophet Muhammad)
”[7]
“menurut informan pak Bastian (56 tahun),
dulu sering dilakukan pengajian Al-Quran dari rumah ke rumah. Tetapi saat ini
belum pernah dilakukan lagi, karena tidak ada lagi yang memimpinnya. Dulu,
kalau pengajian akan menggelar pengajian, orang penata disini mendatangkan guru
ngaji dari Sambas, Bu Rachmawati. Selain belajar mengaji Al-Qur’an masyarakat
di pulau penata juga punya tradisi baca Barzanji”
Dari keterangan diatas, maka sebuah tradisi
agar tidak pupus oleh zaman maka harus ada generasi penerus, begitu juga dengan
guru ngaji yang ada di daerah-daerah yang ada di perbatasan, lebih khusus di
desa Temajuk. Berikut profil para guru ngaji yang ada di desa Temajuk :
1.
Buk Hamila Abdul Malik Lani, beliau adalah sosok seorang guru ngaji
wanita yang sudah berusia lebih setengah abad. Beliau dilahirkan di Sarang
Burung Danau kecamatan Jawai pada tanggal 03 Juli 1966 sekarang beliau baru
menginjak usia yang ke 52 tahun. Beliau tinggal di dusun Sempadan tepatnya di
daerah Takam, yang mana orang-orang di Takam sering memangginya dengan Makde
Mila.
Makde Mila sudah cukup lama mengajar ngaji
di desa Temajuk khususunya di dusun Sempadan daerah Takam. Beliau sudah
mengajar lebih kurang selama lima belas tahun (15) sampai sekarang, dan telah
menghatamkan ratusan murid yang belajar ngaji dengannya. Pada masa Makde Mila masih
kecil, beliau memang sudah belajar ngaji dengan guru ngajinya di kampung, Ia
belajar dengan Haji Kodel[8]
guru ngaji yang ada di desa Sarang Burung Danau, sebelum ia pindah ke Temajuk
bersama keluarganya,
Sekarang makde Mila masih sangat aktif
mengajar ngaji setiap harinya, dan saat ini memiliki tiga puluh dua (32) orang
murid dari seluruh katagori SD,SMP,dan SMA.
2. Buk Azmie, merupakan sosok guru ngaji wanita yang ada di desa Temajuk
yang aktif mengajar di dusun camar bulan. Beliau lahir di Pemangkat, 18 Agustus
1961. Berarti sekarang beliau sudah berusia 57 tahun, dan sudah lebih dari
setengah abad juga. Alamat beliau di dusun camar bulan, rt 013 rw 005 desa temajuk
kecamatan paloh kabupaten Sambas.[9] Orang-orang
mengenalnya dengan sebutan mak Ndak akan tetapi penulis memanggilnya maklong
karena beliau anak pertama, dalam tradisi orang Sambas anak pertama itu disebut
Along.
Bu Azmie atau panggilan akrabnya mak Ndak sudah sangat
lama mengajar ngaji di desa Temajuk, ia mengatakan bahwa sudah tiga kali
pergantian periode kepala desa, itu artinya sudah lebih kurang lima belas tahun
(+-15) beliau ngajar ngaji di Temajuk, dan sudah menghatamkan seratus lebih
murid.
Mak Ndak dahulunya memang tumbuh di keluarga yang
cinta dalam hal belajar dan mengajarkan Al-Quran. Beliau belajar ngaji pertama
kali dengan orang tuanya, yakni ayah beliau yang bernama Saini. Dari ayahnyalah
belaiau mengenal huruf-huruf Al-Quran dan sampai bisa membacanya. Akan tetapi
setelah ia menikah, beliau disuruh untuk belajar ngaji lagi untuk tahap
penghalusan bacaan dengan abang iparnya yang bernama Muhammad kenek bin
Muhammad Sanusi. Mak Ndak ketika itu sudah pindah tempat tinggal mengikut suami
ke Natuna pulau sedanau, Ranai. Setelah beberapa tahun di pulau sedanau bersama
suami akhirnya merka pindah ke Temajuk dan kemudian mengajar ngaji disana.
Saat ini mak Ndak memiliki kurang lebih dua puluh
orang murid, dan beliau mengajar setiap hari, kecuali jika ada halangan dan
kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. Selain mengajar ngaji kegiatan mak
Ndak adalah menjaga warung, karena beliau memiliki warung kecil didepan
rumahnya.
3. Buk Juhara, beliau juga merupakan salah satu guru ngaji yang ada
di desa temajuk, yang aktif mengajar ngaji di dusun Camar Bulan. Beliau lahir
di Pendawan, 07 Oktober 1961, saat ini usia beliau sudah mau mencapai 57 tahun,
dan sudah lebih dari setengah abad sama seperti guru ngaji yang sebelumnya.
Sekarang bu juhara tinggal seorang diri dirumahnya karena dari tujuh orang
putranya enam sudah memiliki keluarga dan satu yang baru lolos masuk tentara di
singkawang. Alamat beliau di dusun camar bulan, rt 013 rw 005 desa temajuk
kecamatan paloh kabupaten Sambas.[10]
Bu Juhara sudah cukup lama mengajar ngaji,
akan tetapi terhitung aktif dan rutin mengajar sejak lima tahun terakhir, dan
itu berlangsung sampai sekarang. Murid-murid sebelumnya juga sudah banyak
dihatamkan saat belajar ngaji dengan beliau, untuk saat ini, jumlah murid yang
belajar ngaji bersama beliau ada dua puluh orang (20) yang mana itu terdiri
dari anak SD, SMP, dan juga SMA.
Bu Juhara belajar ngaji memang semenjak ia
masih kecil, dan belajar dengan guru ngajinya di pendawan yang bernama pak
Syafi’i. beliau belajar dengan guru ngajinya sampai hatam dan lancar dalam
membaca Al-Quran. Selain itu, bu Juhara merupakan seorang yang cinta dan sangat
suka dalam hal mengajarkan membaca Al-Quran, walaupun beliau hanya tamat
sekolah dasar saja namun ilmu membaca Al-Qurannya tidak kalah dari anak-anak
tamatan pesantren.
Kegiatan sehari-hari bu Juhara selain mengajar ngaji
adalah berkebun lada, pergi ke sawah menanam dan merawat padi, dan mengurus
rumah.
4. Pak wajidi Tapa, beliau merupakan salah satu guru ngaji laki-laki yang
ada di desa temajuk dan juga berada di dusun camar bulan dengan sangat
kebetulan rumah kediamannya didekat tugu NKRI desa temajuk kecamatan paloh. Pak
wajidi tapa lahir di Sarang Burung Usrat pada tanggal 16 Agustus 1966. Sekarang
beliau sudah berusia 52 tahun.
Pak Wajidi Tapa berasal dari kecamatan
jawai tempatnya di sarang burung Usrat, lalu kemudian pindah ke Temajuk bersama
anak dan istri. Saat ini ia dan istrinya tinggal bersama anak dan cucunya juga.
pak Wajidi Tapa memiliki enam orang anak, namun saat ini yang tinggal
bersamanya ada tiga orang.. Nama istri dari pak Wajidi Tapa adalah Rina Hamid,
adapun ketiga anak yang masih bersama beliau bernama Julaika, Zulfikar, dan
Fitri.
Sebenarnya pak wajidi tapa ini sudah lama
mengajar ngaji, dari sebelum ia pindah ke Temajuk. Akan tetapi beliau mengajar
ngaji di temajuk sejak tiga tahun terakhir. Pada awalnya beliau hanya mengajar
untuk anak cucu saja, akan tetapi semenjak sudah menerima satu murid akhirnya
menjadi banyak yang belajar ngaji bersama beliau. Pada saat ini beliau memiliki
lima belas (15) murid yang masih aktif belajar ngaji bersamanya.
Pak Wajidi Tapa mulzi belajar ngaji sejak
masih kecil, karena ia berada dilingkungan orang tua yang bisa ngajar ngaji. Ia
belajar dengan ayahnya yang bernama Tapa bin Utsman. Bersama ayahnya ia banyak
belajar seputar cara membca Al-Quran. adapun pekerjaan sehari-hari beliau
adalah berkebun lada dan karet.
5. Ustad Arianto, beliau adalah
seorang Da’i muda yang baru pindah ke desa Temajuk sejak empat bulan terakhir
ini. Sebelumnya beliau tinggal di Galing bersama istri dan anaknya. Ustad
Arianto lahir di Sarang burung kuala pada tanggal 14 Mei 1991.sekarang beliau baru berusia 27
tahun.
Beliau berasal dari kecamatan jawai desa
sarang burung kuala. Ustad Arianto merupakan salah satu lulusan dari STID
Mohammad Natsir Jakarta. Setelah lulus kuliah beliau langsung mendapatkan tugas
sebagai Da’i dan ditempatkan di Sijang, Kecamatan Galing, dan akhirnya menikah
disana.
Setelah beliau dipindahkan tugas ke desa
temajuk, beliau langsung mendirikan Taman Pendidikan Quran (TPQ) yang berpusat
di Surau Al-Falah, tempatnya berada di dusun Maludin. Setelah mendirikan TPQ beliau
juga aktif menjadi guru ngaji di surau Al-Falah juga. Saat ini anak-anak yang
menjadi murid beliau berjumlah dua puluh (20) orang. Ustad Arianto mengajar
ngaji di desa Temajuk baru Empat (4) bulan lamanya sejak ia pindah ke Temajuk.
Beliau tinggal di perumahan guru yang ada
di desa temajuk dan berada di dusun Maludin. Pekerjaan sehari-hari beliau
adalah sebagai Guru dan seorang Da’i.
E. Metode Pengajaran Yang Diterapkan Dalam Mengajar Membaca Al-Quran
Dalam mengajarkan
membaca Al-Quran tentunya setiap guru mempunyai metode mengajar yang
berbeda-beda, sesuai dengan keadaan dan kondisi intelektual muridnya
masing-masing.
Metode dalam
bahasa arab, dikenal dengan istilah Thariqah yang berarti
kangkah-langkah strategi dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Metode
mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didikpada saat berlangsungnya proses
pembelajaran.dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Para Ahli mendefinisikan metode
sebagai berikut :
1. Abd al-Rahman Ghunaimah
mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Hasan Langgulung
mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai
tujuan pendidikan.[11]
Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pembelajaran
senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan. Keberhasilan suatu metode
pembelajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: 1) kemampuan guru, 2)
siswa, 3) materi pembelajaran, 4) lingkungan, 5) media/alat pembelajaran dan 6)
tujuan pemelajaran yang ingin dicapai.[12]
Berikut beberapa
metode yang diterapkan oleh para guru ngaji yang ada di Temajuk, daerah
perbatasan Indonesia Malaysia.
a. Talaqqi (tatap muka)
Pengertian yang sebenarnya dari metode ini
adalah “Proses turunnya
wahyu Al-Quran dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan
Malaikat Jibril a.s dengan sebuah proses, yang disebut dengan metode Talaqqi”.
Metode Talaqqi
yang luar biasa yang dapat menjadi contoh bagi kita semua dalam menuntut ilmu
Al-Quran yaitu metode Talaqqinya nabi Muhammad saw kepada Malaikat Jibril a.s,
ayat demi ayat dibacakan dengan tartil kemudian Rasul mengikutinya sebagaimana
bacaan yang disampaikan oleh malaikat jibril a.s.
Begitu juga
halnya pada hari ini, para guu Ngaji khususnya pada guru ngaji yang ada di
perbatasan, desa Temaju dalam proses pembelajaran Al-Quran, maka metode yang
paling tepat dan baik adalah dengan menggunakan metode talaqqi, yaitu kita
belajar bacaan Al-Quran dengan dicontohkan oleh seorang Guru Al-Quran kemudian
kita mengikutinya dan kita membacakan Al-Quran didepannya untuk kemudian
diawasi dan dikoreksi terkait dengan kesalahan-kesalahan yang ada ketika kita
membacanya. Kita juga belajar bagaimana membaca huruf-huruf Al-Quran yang
sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, bagaimana makhraj, sifat huruf dan lain-lainnya.
Seperti yang diterapkan oleh Bu Juhara dan guru ngaji yang linya, pak
Wajidi Tapa, Mak Ndak, Makde Mila dan Ustadz Arianto, mereka semuanya
menggunakan metode ini.
Bu Juhara menjelaskan bahwa penerapan
pengajarannya menggunakan metode Iqra’ , akan tetapi dikombinasikan dengan
metode juz amma, yang langsung pakai ejaan huruf hijaiyah missal : alif di
atas A, A. ba diatas ba, ba. Ta diatas ta, ta. Ini
bertujuan agar murid tau bagaimana bentuk alif dan bunyi alif , ba, ta
jika di eja. Seperti Jim, jim diatas ja, jim dibawah ji, jim
didapan ju, ja ji ju.ketika zamannya dahulu hanya dieja”.(12/09/18)
Metode iqro’
adalah suatu metode membaca Alquran yang menekankan langsung pada latihan
membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat
yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode
Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta.[13]
Selain itu, mak Ndak juga menjelaskan dalam
penyebutan lafadz bacaan seperti kata “Dzhaalimuun” didalam Al-Quran, bagaimana
kita mengetahui bacaan huruf “Dzha” yang benar dan sesuai kaidah ? apakah kita
hanya akan mengandalkan transliterasi huruf yang ada seperti tulisan “Dzha” ?
pasti tidak akan bisa, karena huruf-huruf hijaiyah memiliki ke-khas-an didalam
pengucapannya yang tidak bisa sekedar disamakan dengan huruf latin ketika
diterjemahkan, bagaimana huruf itu keluar, yang benar suaranya seperti apa,
posisi mulut dan lidahnya” (12/09/18).
b. Sima’i (mendengarkan/menyimak)
Metode sima’i ini merupakan
metode yang sangat penting, karena seorang guru mendengarkan langsung baaan
yang dilafadzkan oleh murid sehingga jika ada kesalahan yang terdapat dalam
bacaan murid bak itu makhraj huruf, panjang pendek, tebal tipis huruf
dan lain-lain itu semuanya wajib bagi seorang guru untuk membenarkannya dan
setelah itu memberikan contoh secara langsung dalam penyebutan lafadz yang
benar.
Semua guru ngaji yang didapatkan di
desa temajuk menyatakan bahwa menyimak bacaan seorang murid itu adalah hal yang
sangat penting, sebagaimana yang disampaikan oleh pak Wajidi Tapa “saya selalu
memberi penjelasan dan membaca terlebih dahulu sebagai contoh untuk murid saya,
kemudian baru saya memerintahkan untuk membaca sesuai yang saya contohkan. Jika
terdapat kesalahan saya langsung menegur dan menyuruh membaca kembali sampai ia
bias dan faham bagaimana cara membacanya.”(12/09/18)
Berbeda dengan makde Mila. Beliau
selalu menguji bacaan para muridnya dengan bacaan yag sudah diajarkan
dihari-hari sebelumnya, ini bertujuan untuk mengetes seberapa paham murid dalam
mengingat dan mengenal bacaan-bacaan yang sudah ia pelajari sebelumnya. Jika
terdapat kesalahan baulah makde mila membenarkan bacaan dari muridnya, lalu
memberikan contoh setelah itu murid langsung diberi pelajaran baru untuk
menambah kepahaman murid dalam membaca setiap huruf bahkan ayat Al-Quran.
(13/09/18)
Dalam menggunakan metode sima’i
ini, bu Juhara, mak Ndak, dan Ustad Arianto sama dalam menerapkannya, mereka
mendengarkan langsung bacaan dari murid dan jika salah maka harus diulangi
dengan disretai membeberikan contoh yang benar, ketika masih salah akan terus
diulang-ulang sampai mereka benar-benar bias membaca dan paham bagaimana cara
membacanya jika menemukan huruf yang sama pada saat membaca Al-Quran walapun
pada ayat yang berbeda.
F. Kendala Dan Hambatan Dalam Mengajar
Kendala
dan hambatan dalam proses belajar mengajar itu pasti ada namun bagaiman caranya
saja untuk dapat diatasi dengan semaksimal mungkin. Begitu halnya dengan proses
belajar dan mengajar ngaji. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi kendala
dalam mengajar ngaji yang dirasakan oleh para guru ngaji yang ada di desa
temajuk.
Pertama, ketika hendak berpergian lama dan harus meninggalkan desa
beberapa hari ini yang menjadi kendala, karena untuk akses keluar masuk desa
jika ditempuh perjalanan pulang pergi maka akan memkan stamina dan fisik yang
banyak karena jalan yang belum mulus dan juga jarak yang ditempuh itu jauh
sehingga murid yang ditinggalkan tidak belajar ngaji dalam beberapa hari
padahal mereka harus belajar rutin untuk cepat bisa membaca Al-Quran.
Kedua, ketika kondisi fisik melemah dan
sakit, ini merupakan salah satu kendala yang tak bisa dihindarkan. Karena jika
sudah sakit semua yang awalnya semangat hilang begitu saja dan memang ketika
sakit perlu istirahat lama sampai kondisi tubuh benar-benar sehat barulah
kembali ngajar lngaji lagi.
Ketiga, turunnya semangat dari murid-murid
dalam belajar ngaji akibat kemajuan zaman karena sudah rata-raa memiliki
Handpone Android sehingga anak-anak sudah mulai terlena dengan Androidnya. Ini
merupakan tantangan yang harus dicari solusi yang tepat bagaimana seharusnya
murid agar selalu semangat dalam belajar ngaji. Nnamun jawaba dari itu semua
para guru ngaji menginisiatifkan bahwa bagi para murid untuk belajar ngaji
sepulang sekolah atau setelah solat Asar sampai Mghrib. Jam itu dipilih karena
para murid lebih banyak memiliki waktu untuk tidak berinteraksi dengan
androidnya.
Keempat, kendala yang terjadi biasanyaa
ketika kita hendak berpergian, itu perlu mikir beberapa kali, karena harus
meninggalkan anak murid, ada lagi kendala yang terjadi pada murid yang kurang
tangkap dan bisa disebut babbal (dalam bahasa sambas) ini yang kiranya
sangat mengurus otak memikirkan cara mengatasi dan cara agar murid itu bisa dan
paham. Karena walau bagaimanapun al-quran itu jangan sampai padam dan anak-anak
harus bisa membaca Al-Quran. (mak Ndak (57) 12/09/18)
G. Harapan Sang Guru Ngaji
Dalam penelitian ini,
terdapat beberapa harapan dari para guru ngaji yang ada di desa Temajuk,
diantaranya sebagai berikut :
pertama, berharap kepada pengurus desa
untuk melengkapi fasilitas dan keperluan belajar mengajar dalam lembaga TPQ
yang ada di Surau Al-Falah , sehingga para murid merasa mudah dan nyaman saat
belajar, seperti disediakan Al-Quran dan Iqra’. Papan tulis putih beserta
Spidolnya, Rehal (meja untuk meletakkan Al-Quran). (ustad Arianto (27),11/09/18)
kedua, harapan dari seluruh guru ngaji yang
ditemua bahwa seoga kedepannya para murid yang belajar itu jauh lebih pandai
dan bagus bacaannya dalam membaca Al-Quran dari pada gurunya dan bisa
mengajarkan ilmu membaca Al-Qurannya untuk genrasi penerus yang akan datang.
(Ust. Arianto (11/09/18), pak Wajidi Tapa, Mak Ndak, Bu Juhara (12/09/18) dan
Makde Mila (13/09/18))
Ketiga, para guru ngaji mengharapkan
dukungan penuh dari para orang tua murid untuk selalu memberikan semangat
kepada anaknya unuk terus belajar ngaji
sampai ia bisa dan pandai dalam membaca Al-Quran. (makde Mila (52)13/09/18)
Keempat, berharap kepada para orang tua
murid untuk perhatian sama guru ngaji anak, itu sudah jauh lebih baik dan
jangan sampai nanti tidak tau dan tidak ambil peduli dengan guru ngaji anak sendiri,
minimal tau siapa guru ngaji anak kita.(bu Juhara (57)12/09/18)
Kelima, berharap kepada pemerintah desa
setempat untuk jauh lebih memperhatikan para guru ngaji di desanya, setidaknya
selalu ada tinjauan desa kepada seluruh guru ngaji yang mana mereka sudah
berkontribusi dalam mengembangkan potensi anak di desa tersebut dalam hal
membaca Al-Quran.(Mak Ndak, Bu Juhara (12/09/18))
H. Kesimpulan
Dari
beberapa pembahasan diatas, maka penulis menyimpilkan bahwasanya belajar dan
mengajarkan Al-Quran itu sangat-sangat penting, sekarang tidak ada lagi alasan
bagi anak-anak yang orang tuanya Muslim tidak bisa membaca Al-Quran karena
sepelosok apapun desa tempat mereka tinggal, di daerah terpencil sekalipun
bahkan daerah perbatasan itu sudah pasti ada guru ngaji yang bersedia
mengajarkan Al-Quran apalagi daerah perkotaan. Hanya saja tinggal bagaimana
upaya orang tua memberikan dorongan dan motivasi untuk anaknya agar semangat
dalam belajar ngaji, dan dengan upaa dari sang guru ngaji untuk menetak
anak-anak yang pandai membaca Al-Quran dan bisa mengajarkannya kembali
dikemudian hari.
Selain itu, perhatian pemerintah desa
terhadap para guru ngaji juga sangat berperan penting karena sebagaiman yang
kita ketahui bahwa guru ngaji adalah orang yang rela meluangkan waktunya untuk
mengajarkan Al-Quran untuk anak-anak di desa dan tanpa mengharapkan gaji dan
memang betul-betul ikhlas karena Allah.
Dalam proses belajar dan mengajarkan
Al-Quran tentunya harus memiliki kesabaran dan keuletan yang tinggi, baik itu
bagi sang guru, maupun bagi murid. Karena belajar membaca Al-Quran ini akan
sulit apabila yang belajar dan yang mengajar tidak sabra. Selain itu, waktu
yang sanga efektif belajarngaji dari hasil penelitian ini adalah sejak setelah
sholat asar kirar-kira jam 15. 30 sampai maghrib dan setelah sholat maghrib
sampai Isya
Selanjutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa
semua guru ngaji baik itu daerah pedalaman, perbatasan, pesisir bahkan
perkotaan itu menginginan murid yang ia bina dan ajar itu jauh lebih hebat dan
pandai disbanding dirinya sendiri. Bahkan mereka berharap ilmu yang diterima
oleh muridnya tu diajarkan lagi kepada orang lain atau generasi penerus yang
lain, agar Al-Quran selalu dilantunkan dan selalu dibaca oleh orang-orang
muslim diseluruh dunia.
Terakhir, mengutip dari hadis Rasulullah
saw yang berbunyi :.
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Amirul Mukminin Utsman bin Affan r.a., bahwa rasulullah saw
bersabda :
Ø®َÙŠْرُÙƒُÙ…ْ Ù…َÙ†ْ تَعَÙ„َّÙ…َ الْÙ‚ُرْانَ
ÙˆَعَÙ„َّÙ…َÙ‡ُ
“sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”
I.
Daftar Pustaka
Abd.
Gafur “Kajian Metode Pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an dalam Perspektif Multiple Intelligences” (Madrasah, Vol. 5 No. 1 Juli-Desember)
Ahmad
Soenarto. “Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap” (Jakarta: BINTANG TERANG,1988)
Aliwar. Penguatan
Model Pembelajaran Baca Tulis Quran Dan Manajemen Pengelolaan Organisasi (Tpa)
(Jurnal Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1, Januari-Juni 2016) hlm. 26
Dr. Ibrahim., M.A. “Metodologi Penelitian
Kualitatif” (Bandung, ALVABETA cv: 2015)
Data MONOGRAFI Desa Temajuk 2018
D.darmadi JA “Religion and social culture of the people of West
Kalimantan’s penata island” (AL-ALBAB BORNEO JURNAL OF
RELIGIOUS STUDIES. VOLUME 4, NO.1, JUNE 2015.)
Fahrul Razi Salim, dkk. “Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam” (Pontianak, IAIN Pontianak Press: 2017)
Prof Dr. Wahbah az-Zuhaili “TAFSIR AL-MUNIR
(AQIDAH, SYARIAH, MANHAJ)”. (Jakarta, Gema Insani : 2013) Jilid 1
Wawancara kepada Ibu Azmie (57) (pada hari rabu, 12 September 2018,
jam 08.40 sampai 09.15 di kediamannya di dusun Camar Bulan rt.015 rw.003)
Wawancara kepada Ibu Juhara (57) (pada hari rabu, 12 September
2018, jam 09.30 sampai 10.00 di kediamannya di dusun Camar Bulan rt.015 rw.003)
Wawancara kepada Bapak Wajidi Tapa (52) (pada hari rabu, 12
September 2018, jam 10.45 sampai 11.25 di kediamannya di dusun Camar Bulan,
dekat tugu NKRI Desa Temajuk)
Wawancara kepada Ibu Hamila Abdul Malik Lani (52) (pada hari Kamis,
13 September 2018, jam 09.15 sampai 09.50 di dusun Sempadan, Takam)
Wawancara kepada Ustad Arianto (27) (pada hari Selasa, 11 September
2018, jam 09.50 sampai 10.20 di kediamannya di dusun Maludin, komplek Perumahan
guru No.6)
LAMPIRAN
Gambar 01. Foto saat naik Bus,
keberangkatan menuju Temajuk (08/09/18)
Gambar 02. Foto saat tiba di
Penyebrangan Sekura (09/09/18)
Gambar 03. Foto saat tiba di Dusun
Cermai, Paloh (09/09/18)
Gambar 04. Foto saat sampai di
Temaju, perumahan guru (09/09/18)
Gambar 05. Foto saat Breafing malam
pertama di Penginapan posko kel.03 (09/09/10)
Gambar 06. Foto perjalanan mencari
data dan penentuan judul tulisan (10/09/18)
Gambar 07. Foto di tugu RI kec.
Paloh desa Temajuk (10/09/18)
Gambar 08. Foto di kantor desa
Temajuk, mencari data Monografi Desa Temajuk (10/09/18)
Gambar 09. Foto bersama Kepala Desa
Temajuk, bapak Munziri (10/09/18)
Gambar 10. Foto bersama rekan
Kampung Riset 05 di Pantai camar Bulan Temajuk (10/09/18)
Gambar 11. Foto saat berkunjung ke
Rumah Tebalik Temajuk (10/09/18)
Gambar 12. Foto bersama
narasumber bu Azmie dan pak Ya’qub
(11/09/18)
Gambar 13. Foto bersama narasumber,
bu Juhara (11/09/18)
Gambar 14. Foto bersama narasumber,
bapak Wajidi Tapa (11/09/18)
Gambar 15. Foto di tugu NKRI Desa Temajuk (11/09/18)
Gambar 16. Foto saat
kampanye menulis di SMPN No. 04 Paloh, Temajuk (12/09/18)
Gambar 17. Foto bersama narasumber, bu Hamila (12/09/18)
Gambar 18. Foto saat berkunjung ke Telok Melano Malaysia (12/09/18)
Gambar 19. Foto saat berkunjung ke Telok Serabang Malaysia
(12/09/18)
Gambar 20. Foto bersama teman-teman dan dosen pembimbing di pantai
JLO (12/09/18)
Gambar 21. Foto saat para dosen pulang dari mincing (13/09/18)
Gambar 22. Foto saat bakar-bakar ikan hasil pancingan para dosen
(13/09/18)
Gambar 23. Foto bersama H. Rustam saat di Dermaga Pantai Camar
Bulan, Temajuk (14/09/18)
Gambar 24. Foto saat menikmati pemandangan pantai camar bulan
Temajuk (14/09/18)
[1] Prof Dr. Whbah az-Zuhaili “TAFSIR AL-MUNIR (AQIDAH,
SYARIAH, MANHAJ)”. (Jakarta, Gema Insani : 2013) Jilid 1. Hal.01
[2] Prof Dr. Whbah az-Zuhaili “TAFSIR AL-MUNIR (AQIDAH,
SYARIAH, MANHAJ)”. (Jakarta, Gema Insani : 2013) Jilid 1. Hal.xix
[3]
Abd.
Gafur “Kajian Metode Pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an dalam Perspektif Multiple Intelligences” (Madrasah, Vol. 5 No. 1 Juli-Desember) hlm.
35
[4] Ahmad Soenarto.
“Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap” (Jakarta: BINTANG TERANG,1988) hlm. 2
[5] Dr. Ibrahim., M.A. “Metodologi Penelitian
Kualitatif” (Bandung, ALVABETAcv: 2015) hal. 52-53
[6] Data MONOGRAFI Desa Temajuk 2018
[7] D.darmadi
JA.2015. “Religion and social culture of the people of West Kalimantan’s penata
island” (AL-ALBAB BORNEO JURNAL OF RELIGIOUS STUDIES. Vol. 4 no.1 JUNE 2015)
[11] Fahrul Razi Salim, dkk. “Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam” (Pontianak, IAIN Pontianak Press: 2017) hlm. 111-112
[12]
Abd.
Gafur “Kajian Metode Pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an dalam Perspektif Multiple Intelligences” (Madrasah, Vol. 5 No. 1 Juli-Desember) hlm.
35
[13]
Aliwar. Penguatan
Model Pembelajaran Baca Tulis Quran Dan Manajemen Pengelolaan Organisasi (Tpa) (Jurnal
Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1, Januari-Juni 2016) hlm. 26
Komentar
Posting Komentar