ESENSI PSIKOLOGI DAKWAH
Oleh : Anang Bustami
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan salah satu tanggung jawab seorang da’i yang
dilakukan dengan komunikasi atau interaksi secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap objeknya. Proses dakwah yang berinteraksi secara langsung
dengan masyarakat sebagai objeknya menuntut seorang da’i untuk bisa menguasai
dan memahami kondisi psikologis audiennya. Karena itulah dibutuhkan psikologi
dakwah agar tujuan dari dakwah itu sendiri bisa tepat sesuai dengan sasaran
dakwah.Dakwah sebenarnya adalah suatu proses pembentukan watak manusia. Maka
dalam rangka pembentukan itu dakwah menempuh pendekatan-pendekatan psikologis
agar lebih memungkinkan bisa cepat sampai ke tujuan.
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja
kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk
keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari
tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi giat
melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam dalam jiwanya
rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam, begitulah seterusnya.
Karena dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka
pengetahuan tentang psikologi dakwah, sistematikanya dan kedudukan psikologi
dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Dengan pengetahuan tentang
psikologi dakwah ini, diharapkan kita atau para juru dakwah dapat melaksanakan
tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasul Saw. Dalam dakwahnya memang
sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa orang yang didakwahinya dalam
menerima pesan-pesan dakwah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang di maksud pengertian psikologi dakwah?
2.
Jelaskan
faktor-faktor esensi psikologi dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Psikologi Dakwah
Istilah psikologi, dalam bahasa arab biasanya di sebut ilmu nafs,
artinya ilmu jiwa. Dalam perkembangannya di Indonesia, ilmu jiwa kemudian lebih
di kenal dengan sebutan psikologi, keduanya mempunyai arti ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Adapun, psikologi dakwah dapat di
definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas
tentang segala gejala kejiwaan, baik da’i maupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Pada hakikatnya psikologi dakwah berusaha menganalisis
gejala-gejala kejiwaan, baik dari da’i yang terlibat dalam proses dakwah. Maka
bagi seorang da’i di perlukan pengetahuan tentang sisi-sisi kejiwaan dari
seorang mad’u yang menjadi sasaran kegiatan dakwah.[1]
B.
Esensi Psikologi Dakwah
Psikologi Dakwah merupakan alat bantu bagi juru dakwah dan para
da’i untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai objek dakwah, agar
tujuan dakwah dapat dicapai secara dapat dicapai secara efektif, intensif, atau
secara lebih maksimal dan optimal.
Dalam penyampaian meteri memerlukan orang yang mampu menirukan
kebaikan dan ajaran dakwah yang mutlak benara itu. Uswatun hasanah ada, ialah
pada diri nabi muhammad saw, dalam hal ini juru dak’wah harus memperhatikan
situasi dan kondisi masyarakat objek, khususnya situasi psikologisnya.
Contohnya orang kelaparan karena kemiskinan, yang oleh nabi disinyalir
mendekati kekafiran, maka dakwah yang harus dilakukan dalam rangka menyelamatkan
mereka agar tidak sampai menjual akidahnya dengan murah. Tentunya mereka lebih
memerlukan makanan lahiriah terlebih dahulu daripada makanan bathiniah atau
rohaniah.
Mental, fisik, rohani, sosial merupakan empat dimensi pertumbuhan
yang mempengaruhi manusia, dan yang menjadi sentral tema yang kuat adalah
mental manusia, disinilah terpusat segala penggerak aktivitas manusia. Mental
atau tingkah laku mempunyai pengendalian yakni pada kesadarannya yang bersumber
dari hati nurani . oleh sebab itu, sasaran dakwah lebih diarahkan agar
menyentuh kalbu dan fitrahnya dalam rangka pembentukan sikap mental atau
tingkah laku bermotivasi.
Memberi pandangan tentang betapa pentingnya memahami materi dakwah
sebagai urat nadi kehidupan manusia sehingga terknis operasionalnya dapat
disajikan bukan hanya sebagai ilmu yang mati, tetapi dapat didekati secara
tradisional atau substansial dan menyangkut proses pengembangan secara
konseptual harus terus mengalir kedalam seluruh pembuluh darah kehidupan
kejiwaanya yangakan melahirkan tingkah laku bermotivasi.
Memberi pengertian tentang manusia sebagai subjek dan sekaligus
sebagai objek dakwah dengan segala ciri khas kepribadiannya.[2]
Maka esensi psikologi Dakwah adalah terletak pada adanya beberapa
faktor yang antara lain :
1. Edukatif
Edukatif
artinya bersifat mendidik, mendidik adalah melakukan proses pendidikan dengan
sengaja dan terus menerus, selama proses perkembangan pribadi yang terjadi pada
seseorang. Pendidikan berarti suatu proses atau aktivitas yang bertujuan agar
tingkah laku seseorang yang mengalami pendidikan itu terjadi perubahan dalam
dirinya.
Seorang
da’i harus bersifat edukatif apabila bertindak sebagai pendidik (edukator) dan
bersikap sebagai guru. Psikolog berpendapat bahwa pemberian pendidikan, pengajaran
sebaiknya lebih didasarkan atas perkembangan kronologis:
Tugas
edukatif juru dakwah adalah sebagai berikut:
a. Membuka
jalan dan memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku masyarakat
sasaran, seperti apa yang di harapkan dalam tujuan dakwah, sehingga sasaran
dapat merespon yang di ubah dan di sesuaikan dengan tuntutan lingkungan.
b. Mengadakan
interaktif dominatif ( bila juru dakwah sendiri yang mendorong, mengarahkan,
sasaran untuk berbuat, merasakan atau berfikir sesuai dengan kehendaknya). Dan
sosial integratif ( jika juru dakwah memberikan fasilitas dan berkenan bagi
sasaran untuk mencari sendiri apa yang di cari, merasakan, memikirkan, dan
melakukan sendiri sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya).
c. Juru
dakwah memiliki tugas dan memikul tanggung jawab yang besar terhadap
perkembangan sikap apresiasi dan sasaran sesuai dengan kemampuannya.[3]
2. Motivatif
Motivatif
artinya memberi motivasi. Motivasi adalah daya batin atau dorongan. Dalam
motivasi ini terkandung suatu dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah
laku individual manusia. Tingkah laku bermotivasi adalah tingkah laku yang
melatarbelakangi oleh motif.
Juru
dakwah sebagai motivator harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai latar
belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya dorongan
kebutuhan yang muncul setiap saat. Maka tugas dan tanggung jawab juru dakwah
sebagai motivator adalah :
Mampu
memberikan motivasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran untuk bertingkah laku
motivatif (beramal sholih), Senantiasa memahami tiga faktor dasar yang
membentuk suatu lingkaran motivasi, yaitu : kebutuhan, tingkah laku dan tujuan,
Dan Seorang da’i dalam memilih materi juga harus di sesuaikan, demikian pula
dalam menentukan metode harus memperhatikan kondisi psikis sasaran dakwah, agar
bisa memberi motivasi dan dorongansehingga dengan demikian dapat memilihkan
materi dakwah yanng sesuai dan menerapkan metode yang memenuhi harapan untuk menerima
pesan-pesan dakwah.[4]
3. Sugestif
Sugestif
adalah memberi sugesti. Sugesti dapat di rumuskan sebagai suatu proses dimana
seseorang menerima begitu saja suatu cara atau pedoman tingkah lakunya dari
orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Juru dakwah sebagai pemberi sugesti
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk dapat memanfaatkan situasi-situasi dan
menggunakan kondisi-kondisi yang tepat untuk menimbulkan sugesti massa agar
pikiran, perasaan dan kehendak mereka bisa terpengaruh dengan keyakinan terhadap
apa yang menjadi tujuan.[5]
Sugestif akan mudah terjadi pada manusia suggestible, dalam keadaan :
a)
Karena
hambatan berpikir, baik oleh faktor-faktor fisiologis maupun psikologis.
b)
Karena
disosiasi (pikiran terpecah-pecah).
c)
Karena
otoritas dan pristise, pakar dan reputasi, kharisma dari sugestif sendiri.
d)
Karena
publik opini, mayoritas dan popularitas.
e)
Karena
will to be belive (ingin meyakinkan diri).
4. Persuasif
Persuasif
artinya to persude, to induce, to believe (membujuk, merayu, dan meyakinkan).
Persuasi adalah kegiatan psikologis, tujuannya untuk dapat mengubah sikap,
pendapat, atau tingkah laku tanpa menggunakan ancaman, kekerasan, kekuasaan,
penekanan, pemerasan, penyuapan, teror, intimidasi dan boikot tetapi dengan
kesadaran, simpati dan sepenuh perasaan.Kebanyakan situasi komunikasi sudah
mencakup persuasi, sebab seluruh situasi komunikasi harus mencakup upaya
seseorang yang dengan sadar mengubah tingkah laku orang lain melalui
penyampaian beberapa pesan.
Juru
dakwah sebagai pemberi persuasi harus mampu berkomunikasi atau melakukan proses
interaksi, interrelasi dan proses saling mempengaruhi. Dakwah merupakan
kegiatan yang berusaha mempengaruhi manusia dari kondisi kejiwaan yang makruf
menjadi lebih meningkat atau minimal bisa bertahan dalam kemakrufan, dan juga
berupaya mempengaruhi tingkah laku dari kondisi mungkar menjadi makruf, da dari
kondisi ragu menjadi mantap.
Persuasi
dalam dakwah adalah seni dan ilmu tentang menghimbau secara ekstralogis untuk
menjamin keputusan yang diinginkan dengan prinsip-prinsip argumentatif.[6]
C.
Tujuan Psikologi Dakwah
Oleh karena psikologi dakwah mempedomani kegiatan dakwah, maka
tujuan psikologi dakwah adalah : memberikan pandangan tentang mungkinnya
dilakukan perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologi sasaran dakwah /
penerangan agama sesuai dengan pola kehidupan yang di kehendaki oleh ajaran
agama yang didakwahkan oleh aparat dakwah atau penerangan agama itu.
Memberi
gambaran tentang beberapa aspek psikologis
dan aspek dakwatologis manusia untuk juru dakwah, agar mereka mau
membekali dirinya dengan kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana
mengaktualisasikan metode-metode dakwah dan mengadaptasikan serta
mengintregasikannya ke arah sasaran dakwah sesuai dengan situasi kejiwaan dan
kondisi psikisnya.
Pengetahuan
ini mengajak kita kepada usaha mendalami dan memahami segala tingkah laku
manusia dalam lapangan hidupnya melalui latar belakang kehidupan psikologis.
Tingkah laku manusia adalah merupakan gejala dari keadaan psikologis yang
terlahirkan dalam rangka usaha memenuhi kebutuhn dan mencapai tujuan. Manusia
memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan kebahagiaan dan
sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan, melalui amar ma’ruf
nahi mungkar kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat akan tercapai.
Kesejajaran kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat itu lah tujuan hidup dan
cita-cita sesungguhnya dari dakwah islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas mempelajari /
membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i maupun mad’u yang
terlibat dalam proses kegiatan dakwah.Tugas psikologi dakwah adalah memberikan
landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat
efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia
sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi.
Dengan
memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta ciri-cirinya, maka
pesan dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah akan dapat meresap dan diterima
dalam pribadi sasarannya dan kemudian diamalkannya kepada perasaan yang tulus
tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh dan memuaskan
kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat strategi-strategi dakwah yang
sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus
mempraktekkannya.
Tujuan
psikologi dakwah adalah supaya Memberi gambaran tentang beberapa aspek
psikologis dan aspek dakwatologis
manusia untuk juru dakwah, agar mereka mau membekali dirinya dengan
kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana mengaktualisasikan metode-metode dakwah
dan mengadaptasikan serta mengintregasikannya kea rah sasaran dakwah sesuai
dengan situasi kejiwaan dan kondisi psikisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Mubarok, 2001. Psikologi
Dakwah. Jakarta : Pustaka firdaus
H.M. Arifin , 2004. Psikologi Dakwah
suatu pengantar studi. Jakarta : Bumi
Aksara
Jamaludin Kafie.1993. psikologi
Dakwah. Surabaya: Indah
Samsul Munir Amin , 2013. Ilmu
Dakwah. Jakarta: Amzah
[1] H.M.Arifin.
Psikologi Dakwah.( Jakarta : Bumi Askara, 2004) hlm. 6
[2] Samsul
munir amin. Ilmu dakwah.( Jakarta: amzah, 2013) hlm. 212
[3] Jamaludin kafie.
Psikologi Dakwah. (Surabaya. Indah, 1993) hlm. 72
[4] Samsul
munir amin. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 213
[5] Samsul
munir amin. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 213
[6] Samsul
munir amin. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 213
Komentar
Posting Komentar